18 Jun

Apa itu stunting? Stunting adalah kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang, jika dibandingkan dengan umurnya. Ada banyak faktor yang menyebabkan kondisi tersebut. Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), stunting adalah gangguan pertumbuhan yang sebagian besar disebabkan oleh masalah nutrisi.

 

Hingga tahun 2022, stunting adalah salah satu masalah gizi yang serius dan bisa membahayakan masa depan anak-anak Indonesia. Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Indonesia pada 2022 adalah 21,6%. Angka ini sebenarnya menurun dibandingkan 2021 yang tercatat 24,4%. Namun tetap belum memuaskan, mengingat masih di atas angka standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang kurang dari 20%.

 

Berikut ini adalah beberapa fakta tentang stunting yang dapat meningkatkan kepedulian kita akan bahaya gangguan tumbuh kembang ini. 

 

1. Stunting adalah masalah gizi kronis 

 

Ada beberapa penyebab stunting pada anak. Salah satu penyebab stunting adalah masalah kekurangan gizi dalam waktu lama atau gizi kronis, terutama pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Masa 1.000 HPK adalah waktu krusial penentu tumbuh kembang anak. 

 

Karena itu, pencegahan stunting harus dimulai dengan pemenuhan gizi anak, terutama protein dan zat gizi mikro, seperti seng, yodium, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, dan asam folat. Untuk memastikan semua kebutuhan nutrisi anak itu terpenuhi, makanan si kecil harus beragam dan memiliki kualitas gizi yang baik.  

 

2. Stunting bukan faktor keturunan

 

Banyak yang beranggapan, stunting adalah faktor keturunan dari orang tua. Hal ini perlu diluruskan karena faktor genetik merupakan faktor yang paling kecil pengaruhnya pada stunting, bila dibandingkan dengan faktor gizi dan lingkungan. 

 

3. Stunting bisa dimulai sejak dalam kandungan

 

Stunting bukan masalah kesehatan yang terjadi secara mendadak dalam satu malam. Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu, bahkan sejak si kecil masih dalam kandungan  sehingga anak menderita gagal tumbuh.

 

Baca Juga: 7 Makanan Tinggi Kandungan Folat yang Penting bagi Ibu Hamil

 

4. Stunting bukan karena sulit makan

 

Mungkin beberapa di antara Genbest banyak yang beranggapan: stunting adalah masalah kesehatan yang disebabkan anak sulit makan. Alhasil, memaksa anak banyak makan dijadikan solusi untuk mencegah stunting. Penyebab stunting bukan karena kurang makan, namun akibat asupan makanan yang diberikan tidak seimbang. Oleh karena itu, pastikan Genbest selalu memberi makanan bergizi seimbang untuk mencegah stunting pada anak. Gunakan metode “Isi Piringku” untuk menerapkan panduan makan sehat. 

 

Baca Juga: Cegah Stunting dengan Isi Piringku

 

5. Kemampuan kognitif bisa menurun akibat stunting

 

Salah satu dampak stunting adalah menghambat perkembangan kognitif dan menurunkan kecerdasan anak. Akibatnya, prestasi belajar anak stunting kurang optimal dan berdampak buruk pada produktivitas kerjanya di masa mendatang. 

 

6. Stunting menyebabkan anak rentan sakit

 

Selain menurunkan kemampuan kognitif dan kecerdasan si kecil, stunting adalah masalah kesehatan yang dapat menyebabkan anak rentan sakit akibat daya tahan tubuh lemah. Parahnya, anak yang mengalami stunting rentan terserang penyakit degeneratif saat dewasa, seperti hipertensi dan kolesterol tinggi. 

 

Baca Juga: Bayi Stunting Rentan Terserang Penyakit Degeneratif

 

7. Diet ekstrem sebabkan stunting

 

Apa hubungan diet ekstrem dengan stunting? Diet yang tidak seimbang menyebabkan kita kekurangan zat besi dan rentan terkena anemia. Selain bikin mudah lemas, anemia pada remaja putri menyebabkan susah fokus dan pingsan. Dalam jangka panjang, masalah anemia akan berdampak langsung pada pertumbuhan dan perkembangan janin di kandungan saat memasuki masa kehamilan. Akibatnya, anak yang dilahirkan berisiko stunting. 

 

8. Nikah muda tingkatkan risiko stunting pada anak

 

Menurut studi WHO, salah satu penyebab masalah stunting di Indonesia adalah maraknya pernikahan dini di usia remaja, bahkan usia anak. Perlu diketahui,  para remaja masih membutuhkan gizi untuk pertumbuhan yang maksimal hingga usia 21 tahun. Jika mereka sudah menikah di usia 15 atau 16 tahun, misalnya, maka tubuh ibu akan berebut gizi dengan bayi yang dikandungnya. Jika nutrisi si ibu tidak mencukupi selama kehamilan, bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sangat berisiko terkena stunting. 

 

Baca Juga: Bahaya Pernikahan Dini sebagai Penyebab Stunting

 

9. Rambut jagung bisa menjadi tanda stunting

 

Stunting adalah kondisi kekurangan gizi dalam jangka waktu lama. Nah, salah satu tanda yang tidak terduga adalah warna rambut penderita stunting biasanya kemerahan atau dikenal dengan rambut jagung. Kondisi rambut jagung ini bisa mengacu pada kekurangan gizi yang ditemukan pada anak usia 1-3 tahun yang kurang atau tidak mendapatkan asupan protein. 

 

10. Stunting adalah kondisi yang bisa dicegah

 

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, stunting bukanlah faktor keturunan sehingga sebenarnya dapat dicegah. Terdapat tiga faktor penting dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan nutrisi anak, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Dengan memberi perhatian pada ketiga faktor tersebut anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan terbebas dari stunting.

 

Baca Juga: Kenali Ciri-ciri Awal Stunting, Segera Atasi Sebelum Terlambat

TENTANG KAMI

GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.

How to coax children
To Top