Setiap orang tua tentunya ingin buah hatinya tumbuh dengan baik dan sehat. Namun, tidak semua kondisi kesehatan tampak kasat mata. Inilah mengapa skrining kesehatan pada bayi baru lahir sangat penting untuk dilakukan.
Skrining pada bayi yang baru lahir dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan sejak awal kelahiran sehingga apabila ditemukan gangguan dapat diantisipasi secepat mungkin. Berikut adalah 3 skrining kesehatan pada bayi baru lahir:
Baca Juga: Daftar Imunisasi untuk Bayi Baru Lahir, Yuk Lengkapi!
1. Skrining APGAR
Skrining APGAR merupakan penilaian kondisi awal bayi. Melansir yankes.kemkes.go.id, skrining APGAR adalah pemeriksaan setelah bayi lahir yang dilakukan untuk menilai kemampuan adaptasinya terhadap kehidupan di luar rahim sang ibu.
Skrining ini meliputi Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (refleks atau respon terhadap rangsang), Activity (tonus otot), dan Respiratory effort (usaha bernapas).
2. Skrining Pendengaran
Melansir idai.or.id, skrining pendengaran adalah langkah awal untuk mendeteksi potensi masalah pendengaran, namun bukan diagnosis definitif berupa beratnya gangguan atau perbedaan jenis tuli.
Skrining pendengaran pada bayi baru lahir akan menunjukkan ada atau tidaknya respons terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu. Biasanya skrining ini dilakukan dengan alat bernama otoacoustic emissions (OAE) atau automated auditory brainstem response (AABR).
Gangguan pendengaran pada bayi baru lahir sendiri dapat diidentifikasi melalui beberapa faktor risiko, di antaranya adalah sebagai berikut:
Risiko Genetik dan Bawaan:
- Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran
- Kelainan struktur telinga bawaan
- Kelainan bentuk tulang tengkorak dan wajah
- Sindrom genetik (misalnya Down Syndrome)
Risiko Infeksi dan Prenatal:
- Paparan infeksi berbahaya selama kehamilan seperti Toksoplasmosis, Rubella, Sitomegalovirus dan Herpes
Risiko Medis saat Kelahiran:
- Bayi dengan berat lahir rendah (<1500 gram)
- Nilai skrining Apgar yang rendah
- Memerlukan perawatan intensif di NICU
- Terpapar obat-obatan yang berpotensi merusak saraf pendengaran
Baca Juga: 5 Tips Menjaga Kesehatan Bayi Baru Lahir
3. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
Melansir ayosehat.kemkes.go.id, Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) merupakan tes atau uji yang dilakukan untuk mengelompokkan bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan yang bukan.
Skrining dilakukan dengan cara pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang baru lahir. Tujuan skrining ini ialah bayi yang menderita HK dapat penanganan dini agar meminimalisir dampak yang serius terhadap tumbuh kembangnya.
Penyakit HK sendiri dapat menyebabkan pertumbuhan bayi terganggu. Bahkan, jika penanganan terlambat, bayi dapat menunjukkan gejala seperti tubuh cebol, lidah besar, bibir tebal, hidung pesek, pusar yang menonjol, kesulitan bicara, hingga keterbelakangan mental.
Maka dari itu, lakukanlah Skrining Hipotiroid Kongenital sesegera mungkin terutama pada 48 sampai 72 jam pertama kehidupan.
Perlu diingat, ketiga skrining ini adalah investasi penting untuk kesehatan bayi. Jangan lupa mengkonsultasikan dengan dokter anak untuk informasi lebih detail dan jadwal pemeriksaan yang tepat ya, Genbestie!
—--
Sumber:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2763/pengkajian-dan-pemeriksaan-fisik-pada-bayi-baru-lahir
https://ayosehat.kemkes.go.id/skrining-hipotiroid-kongenital-shk-untuk-bayi-sehat
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.