Stunting merupakan masalah global yang menghantui banyak negara, termasuk Indonesia.
WHO mendefinisikan stunting sebagai gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psiko-sosial yang tidak memadai.
Anak-anak dikategorikan stunting kalau tinggi badan menurut usianya lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO.
Lebih lanjut dijelaskan oleh WHO, stunting yang terjadi pada awal kehidupan, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, memiliki konsekuensi panjang yang merugikan hingga anak dewasa. Konsekuensi ini termasuk dampak pada kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk, upah yang rendah, kehilangan produktivitas dan, bila berat badan anak berlebih, anak lebih berisiko mengalami penyakit kronis di masa dewasa kelak.
Baca Juga: Tingkatkan Kemampuan Kognitif Si Kecil dengan Kegiatan Seru Ini
Ciri-Ciri Awal Stunting
Dilansir dari Hopkins Medicine, diagnosis anak-anak yang gagal tumbuh (stunting) dilihat dari pertumbuhannya yang melambat, yaitu ketika tingkat kenaikan berat badannya secara signifikan berada di bawah anak-anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama.
Untuk itu, segera waspadai saat berat dan tinggi badan anak tampak melambat atau stagnan dan anak tampak lebih kecil (pendek) dari teman-teman sebayanya. Perhatikan dengan cermat catatan dalam KMS (Kartu Menuju Sehat). Bayi atau anak yang gagal tumbuh memiliki tinggi, berat, dan lingkar kepala yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan standar. Untuk caranya, Genbest bisa baca di artikel ini.
Berat badan dan tinggi anak yang gagal tumbuh akan turun lebih rendah atau 20 persen di bawah berat dan tinggi ideal anak-anak di usia mereka. Pada kurva pertumbuhan juga terlihat pertumbuhan anak melambat atau bahkan berhenti.
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?
Jika Genbest memiliki kecurigaan si kecil mengalami pertumbuhan yang melambat, segeralah berkonsultasi kepada dokter.
Dalam laman resmi FK UI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif SpA(K) menjelaskan, pertumbuhan anak yang melambat biasanya terkait erat dengan kesalahan dalam pemberian MPASI (makanan pendamping ASI), yakni tidak adanya kandungan lemak, karbohidrat, dan protein hewani pada MPASI.
Padahal, asupan nutrisi MPASI yang tidak mencukupi, akan berpengaruh pada kurangnya berat badan serta perkembangan otak anak yang tidak sempurna. Berat badan yang kurang akan terus berlanjut pada gizi kurang sampai gizi buruk dan akhirnya terjadilah stunting.
Untuk itu, saat pertumbuhan anak melambat, sangat bijak bila Genbest juga memerhatikan cara pemberian MPASI si kecil selama ini. Apakah MPASI si kecil sudah dilengkapi dengan protein hewani, seperti telur, ikan, susu, ayam, dan daging, serta susu. Seperti yang dijelaskan Damayanti, protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap sehingga efektif mencegah hambatan pertumbuhan.
Penanganan stunting, berupa perbaikan gizi sebelum anak usia 2 tahun (atau dalam periode 1.000 HPK), umumnya akan lebih efektif dibandingkan setelah anak berusia di atas 2 tahun.
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.