Saat ini tengah heboh kasus gangguan ginjal akut yang banyak menyerang anak-anak di Indonesia secara misterius. Menurut laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), per 10 Oktober 2022, ada 131 kasus gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) pada anak.
Ginjal merupakan dua organ yang bentuknya seperti kacang berukuran sekepalan tangan. Mereka terletak tepat di sisi kanan dan kiri bawah tulang rusuk bagian belakang. Fungsi utama ginjal adalah untuk membuang racun dan kelebihan cairan dari tubuh melalui urine.
Baca Juga: Suplemen dan Vitamin Penambah Darah untuk Anemia
Gagal ginjal merupakan kondisi di mana terjadi penurunan atau kerusakan fungsi ginjal. Ada dua jenisnya, pertama adalah gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dan yang kedua adalah gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD).
Penyebab gagal ginjal akut sangat beragam, mulai dari gangguan aliran darah ke ginjal (prerenal), kerusakan di ginjal itu sendiri, hingga penyumbatan di aliran urine (postrenal). Gagal ginjal akut biasanya terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa membahayakan nyawa penderitanya. Namun, jika terdeteksi dan diobati sejak dini, kerusakan ginjal akibat gagal ginjal akut dapat disembuhkan.
Gagal ginjal kronis terjadi ketika fungsi ginjal menurun secara bertahap. Kondisi ini dapat dari tingkat ringan hingga sangat parah. Gagal ginjal kronis mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai sekitar 80 persen dari fungsi ginjal hilang. Setelah itu, anak akan sering merasa lelah, mual-muntah, sulit berkonsentrasi. Penumpukan cairan juga bisa membuat bengkak di tubuh, terutama mata atau kaki.
Baca Juga: Cegah Stunting, Penuhi Asupan Zat Besi Anak
Gagal Ginjal Kronis dan Stunting
Banyak anak dengan gagal ginjal kronis berisiko mengalami kegagalan pertumbuhan, seperti stunting. Dalam laman National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease dijelaskan anak-anak yang didiagnosis dengan CKD pada usia di bawah dua tahun, lebih mungkin mengalami kegagalan pertumbuhan dibandingkan dengan anak-anak yang didiagnosis di usia lebih tua. Anak-anak dengan stunting digambarkan tumbuh lebih lambat dan jauh lebih pendek daripada anak-anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama.
Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan pertumbuhan pada anak-anak dengan CKD. Hal ini karena selain membuang racun dan kelebihan cairan, ginjal juga melakukan fungsi penting untuk pertumbuhan anak.
CKD, misalnya, dapat menurunkan nafsu makan sehingga anak yang menderita gagal ginjal kronis tidak punya rasa lapar atau tidak memiliki energi untuk makan, yang dapat menyebabkan gizi buruk dan pertumbuhan yang lebih lambat. Ginjal yang rusak juga menurunkan produksi eritropoietin. Ketika kadar eritropoietin rendah, seorang anak dapat mengalami anemia yang dapat menyebabkan pertumbuhan melambat atau berhenti.
Baca Juga: Aneka Penyebab Anemia Sesuai Usia
Untuk penanganan stunting pada kasus gagal ginjal kronis, dokter umumnya akan menyarankan perubahan pola makan dan pemberian obat-obatan. Namun demi memastikan perawatan yang terkoordinasi dan aman, orang tua harus mendiskusikannya dengan dokter. Bila diatasi sedini mungkin diharapkan kebiasaan makan yang sehat pada anak-anak CKD dapat membantu mencegah gizi buruk dan mendorong pertumbuhan yang lebih sehat.
Sumber: www.niddk.nih.gov; my.clevelandclinic.org
Baca Juga: Anak Susah Tidur Nyenyak karena Kekurangan Zat Besi? Ini Faktanya!
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.