Sanitasi yang baik erat terkait dengan pencegahan stunting. Ini karena stunting bisa juga disebabkan oleh penyakit infeksi yang berulang. Kalau si kecil sering sakit, energinya akan banyak digunakan untuk melawan infeksi di dalam tubuh, bukan untuk pertumbuhan. Itulah mengapa anak-anak yang sering sakit lebih berisiko mengalami perawakan pendek atau stunting.
Salah satu faktor yang bisa membuat buruknya sanitasi adalah banjir. Genbest tentu masih ingat, di awal tahun 2020 lalu, banjir merendam beberapa kota besar di Indonesia dan sempat berulang beberapa kali.
Datangnya banjir biasanya juga akan dibarengi munculnya berbagai penyakit, seperti diare, infeksi saluran pernapasan, hingga penyakit kulit yang muncul lantaran buruknya sanitasi. Karena itulah, agar si kecil tidak terserang penyakit, kita perlu memerhatikan sanitasi setelah rumah terkena banjir.
Tidak ada yang ingin kebanjiran dan kita mendoakan semoga banjir tidak terjadi lagi. Namun memperkaya wawasan dengan membaca tips di bawah ini dapat membantu kita lebih siap dan tahu bagaimana menjaga sanitasi setelah banjir terjadi.
Baca juga: “Sanitasi Buruk Picu Stunting”
Tips sanitasi rumah pasca banjir
Setelah banjir surut, jangan membawa si kecil bergegas kembali ke rumah. Genbest perlu memeriksa dulu kondisi rumah, seperti kabel listrik atau saluran gas yang rusak. Jika listrik masih padam, gunakan lampu senter, bukan lilin. Lilin dapat menyulut gas yang bocor dan menyebabkan kebakaran. Perhatikan bagian atap dengan cermat, kalau ada bintik-bintik air bisa sebagai tanda kerusakan atap.
Beberapa kerusakan parah biasanya perlu tenaga yang lebih ahli. Untuk yang ringan, mungkin GenBest bisa mengatasinya sendiri. Namun, barang-barang yang sudah basah kena banjir atau lumpur, biasanya harus dibuang.
Oh ya, jangan lupa jika listrik mati lebih dari 4 jam selama banjir, buka kulkas dan buang bahan-bahan makanan yang mudah rusak, seperti daging, susu, ikan, dan sebagainya karena dikhawatirkan malah bisa membuat diare.
Coba terapkan juga beberapa tips berikut untuk menjaga sanitasi di rumah usai banjir:
Buka jendela
Setiap tempat yang lembab merupakan favorit kuman, karena itu, sistem pencahayaan dan sistem udara harus selalu dijaga agar tidak lembab. Mulailah membuka jendela serta gunakan kipas untuk membantu menjaga sirkulasi udara di rumah
Cek saluran air
Cek kembali saluran air di rumah dan waspadai setiap genangan air. Buang dan bersihkan air-air pada ember dan bak mandi untuk mencegah terjadinya penyakit demam berdarah (DBD), malaria, atau penyakit bawaan dari kotoran hewan liar.
Beri perhatian lebih pada kamar mandi
Kamar mandi adalah salah satu tempat favorit kuman dan bakteri. Setidaknya ada lebih dari 50 ribu bakteri di kamar mandi. Hal ini karena kuman dan bakteri suka tempat yang lembab. Bersihkan segera kamar mandi secara menyeluruh, dari lantai, kloset, wastafel, shower, dan sebagainya.
Selalu cuci tangan
Saat bersih-bersih pasca banjir, lindungi diri dari kuman, jamur, dan bahan-bahan kimia dengan memakai baju tertutup, seperti celana panjang, kemeja lengan panjang, sepatu bot, dan sarung tangan karet. Lindungi mata, hidung, dan paru-paru dengan memakai kacamata dan masker yang bisa dibeli di toko-toko perkakas. Jangan lupa selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selesai membersihkan apa pun. (Baca juga: “Lima Penyakit Berbahaya Ini Bisa Dicegah dengan Cuci Tangan”)
Dengan sanitasi yang terjaga setelah banjir, semoga si kecil dan GenBest sekeluarga selalu dalam keadaan sehat.
Baca juga: “Yuk, Ketahui Jarak Ideal Septic Tank dan Sumur Air Bersih”
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.