18 Nov

Memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak di periode emas pertumbuhan (golden age) tidak selamanya berjalan mulus. Banyak tantangan MPASI yang ditemui orang tua, dua di antaranya adalah masalah makan,  seperti picky eater dan selective eater

 

Sekilas, picky eater dan selective eater terlihat mirip karena anak sama-sama susah makan, pilih-pilih makanan, hingga menolak makanan yang diberikan. Namun sebenarnya kedua gangguan makan tersebut sedikit berbeda.

 

Bila digambarkan dalam sebuah grafik masalah makan, maka picky eater ada pada titik yang masih sederhana, sementara selective eater ada pada titik yang lebih parah.

 

Picky Eater 

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), picky eater masih termasuk masalah makan yang normal dalam perkembangan anak usia 1-3 tahun. Biasanya, si picky eater masih mau mengonsumsi makanan, tapi pilih-pilih dan maunya hanya sedikit karena kurang tertarik dengan rasa atau tekstur makanan yang diberikan. 

 

Ada beberapa penyebab picky eater. Mulai dari pemberian MPASI terlalu dini tanpa saran dokter, proses makan yang tidak menyenangkan dan penuh paksaan, faktor lingkungan, hingga jadwal makan dan menyusui yang terlalu dekat. 

 

Baca Juga: Ini Caranya agar Anak Tidak Jadi Picky Eater

 

Selective Eater

Sebaliknya, selective eater merupakan masalah makan yang lebih serius. Anak dengan selective eater cenderung menolak hampir semua jenis kelompok makanan yang diberikan sehingga berisiko mengalami defisiensi makro dan mikronutrien (kekurangan gizi). Akibatnya, tumbuh kembang anak bisa terhambat dan rentan terkena stunting.

 

Biasanya anak-anak dengan selective eater memiliki kondisi kesehatan, seperti kelainan pencernaan atau gangguan mengunyah dan menelan.

Baca Juga: Si Kecil yang Sulit Makan, Apakah Selalu Butuh Suplemen?

 

Dampak Picky Eater dan Selective Eater

Baik picky eater maupun selective eater biasanya akan membuat anak makan kurang bervariasi dan tidak mengonsumsi nutrisi penting dalam jumlah yang tepat. Namun dalam laman kesehatan The Scrutinizerdijelaskandibandingkan picky eater, kasus selective eater lebih memiliki dampak jangka panjang. Contoh, yang paling sederhana adalah masalah makan ini bisa terbawa hingga dewasa. Sementara dampak yang lebih kompleks dan berbahaya adalah anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, seperti stunting

 

Bagaimana cara mengetahui anak mengalami selective eater atau “sekadar” picky eater? Agak sulit untuk menentukannya, jadi Genbest perlu berkonsultasi pada dokter. Nanti dokter yang akan melakukan beberapa analisis, seperti bagaimana perilaku anak saat makan hingga melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat tumbuh kembang anak. Solusi untuk picky eater biasanya lebih sederhana, seperti yang Genbest bisa baca artikel 3 Masalah Makan pada Anak dan Cara Mengatasinya

 

Untuk selective eater, dokter akan mencari tahu apa penyebab gangguan ini, apakah anak mengalami kesulitan motorik-oral sehingga sulit untuk mengunyah atau menelan makanan, dan sebagainya. Solusi akan diberikan berdasarkan penyebab medis yang ditemukan.

 

Nah, semoga apa pun masalah makan yang dihadapi si kecil bisa teratasi ya!

 

Baca Juga: Dampak Buruk Memaksa Anak Makan Saat Fase MPASI

TENTANG KAMI

GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.

How to coax children
To Top