Penyakit cacingan, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dengan tingkat prevalensi hingga 28,21%. Angka tersebut belum mewakili banyak daerah di Indonesia sehingga diperkirakan potensi prevalensi di atas 50%.
Mengapa cacingan perlu menjadi perhatian GenBest? Karena cacingan yang terjadi berulang kali bisa berujung pada gangguan gizi pada anak. Anak yang kurang gizi inilah yang dikhawatirkan dapat mengalami stunting.
Baca juga: “Agar Penanganan Tepat, Cek Perbedaan Stunting dan Malnutrisi”
Hubungan Antara Cacingan dan Stunting
Dalam Journal of The American Academy of Pediatrics dijelaskan ada beberapa jenis infeksi cacingan yang umum terjadi pada balita dan anak-anak. Diantaranya, cacing pita (Infeksi taenasis), cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing kremi (Infeksi enterobiasis) dan cacing tambang (infeksi trikuriasis).
Cacing biasanya hinggap pada daging yang terkontaminasi, daging yang tidak dimasak dengan benar, hingga tanah yang terkontaminasi. Jika cacing masuk ke tubuh si kecil dan dicerna, kepala cacing akan menempel kuat ke dinding usus halusnya. Cacing ini tumbuh besar dan berkembang biak dengan menyerap gizi makanan yang dimakan anak sehari-hari.
Hubungan antara cacingan dan stunting dimulai saat cacing menyerap nutrisi pada tubuh si kecil dan menyebabkan nafsu makan anak menurun. Beberapa cacing, seperti cacing gelang, bersaing untuk mendapatkan vitamin dari usus yang akhirnya bisa menyebabkan si kecil mengalami gangguan penyerapan nutrisi. Lama-kelamaan anak bisa kurang gizi dan mengalami gangguan perkembangan secara fisik dan mental yang menyebabkan stunting.
Pada balita kemungkinan cacing tidak menular dari manusia ke manusia. Penyakit ini sering kali berkembang karena anak memasukkan tangan ke mulut setelah bermain tanah yang terkontaminasi feses yang mengandung telur cacing. Biasanya hal ini umum terjadi di wilayah dengan sanitasi yang buruk.
GenBest, bisa melakukan upaya pencegahan cacingan dengan selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat pada si kecil. Misalnya dengan menjauhkan anak dari tanah yang kemungkinan terkontaminasi cacing. Mencuci tangan anak dengan sabun hingga bersih, terutama sebelum makan, memastikan anak menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah, serta memastikan kuku anak pendek dan bersih, juga efektif untuk mencegah penyakit ini. (Baca juga: “Cara Menyenangkan Mengajarkan Anak Cuci Tangan Pakai Sabun”)
Gejala Anak Cacingan
Kebanyakan anak yang terinfeksi cacingan tidak menunjukkan gejala spesifik sehingga sering luput dari perhatian orang tua, antara lain seperti di bawah ini:
- Tidak nafsu makan.
Gejala cacingan yang paling sering terlihat adalah anak menjadi tidak nafsu makan karena penyakit ini membuat tubuh mengeluarkan zat-zat yang membuat nafsu makan berkurang.
- Berat badan susah naik.
Ciri fisik lainnya, berat badan anak cenderung susah naik atau anak tampak lebih kurus. (Baca juga: “Cara membedakan anak yang kurus sehat dan anak yang kurus kurang gizi”)
- Feses berbau busuk.
Gejala ini menandakan adanya infeksi di dalam perut anak.
- Sering meludah.
Seringnya anak meludah juga bisa menjadi gejala cacingan. Hal ini terjadi karena cacing dianggap sebagai parasit di dalam tubuh anak, sehingga air liur menjadi respon dari kehadiran parasit tersebut. Nah, jika anak tiba-tiba sering meludah jangan disepelekan, ya, GenBest.
Baca juga: "Deteksi Dini Cegah Stunting, Perhatikan Berat Badan Anak"
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.