Sama halnya dengan orang dewasa, bayi juga bisa mengalami alergi susu sapi. Alergi protein susu sapi termasuk hal yang cukup umum dialami anak-anak.
Dituliskan dalam laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), masalah alergi susu sapi ini terjadi pada sekitar 5%-7,5% bayi yang mendapat susu sapi. Namun, kondisi alergi ini umumnya akan berkurang, hingga tinggal 30-40% pada saat bayi berusia 12 bulan dan terus berkurang hingga 5% pada usia 3 tahun.
Masih menurut IDAI, banyak faktor mengapa bayi mengalami alergi terhadap protein susu sapi, antara lain faktor genetik. Sekitar 40% bayi yang lahir dari ibu penderita alergi kemungkinan akan mengalami alergi di kemudian hari, termasuk alergi protein susu sapi ini. Bayi juga bisa mengalami alergi susu sapi saat dia terpapar bahan-bahan pemicu alergi yang dimakan/diminum oleh bayi atau yang dikonsumsi ibunya yang masih menyusui. Faktor lain, seperti polusi udara, asap rokok, bintang piaraan, cuaca, juga dianggap bisa berkontribusi pada alergi ini.
Baca Juga: Seberapa Banyak Kebutuhan ASI Bayi Baru Lahir?
Tanda-Tanda Alergi Protein Susu Sapi
Alergi susu sapi merupakan salah satu kondisi kesehatan yang cukup sulit didiagnosis pada bayi karena gejalanya yang mirip beberapa masalah kesehatan lainnya. Namun, jika diamati lebih dalam, alergi susu sapi akan melibatkan tiga sistem tubuh, yaitu sistem pencernaan, saluran napas, dan kulit.
Untuk sistem pencernaan, gejala bisa ditandai dengan bayi mengalami muntah-muntah, diare, hingga sembelit. Sementara gejala pada sistem saluran napas adalah batuk, pilek, hingga sesak napas. Sedangkan, pada kulit biasanya muncul gatal, ruam, hingga bengkak di beberapa bagian tubuh.
Jika GenBest punya kecurigaan si kecil mengalami alergi protein susu, sebaiknya konsultasikan kondisi ini pada dokter. Bayi yang menderita alergi protein susu sapi dikhawatirkan tidak bisa memperoleh berbagai nutrisi yang dibutuhkan karena ia tidak bisa menyusu dengan baik.
Seperti kita ketahui ketidakcukupan gizi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan anak dapat menghambat tumbuh kembang dan anak mengalami stunting. Masa 1.000 hari kehidupan pertama dihitung sejak si kecil masih dalam kandungan sampai usianya 2 tahun. Awal kehidupan si kecil dimulai, dari perkembangan otak hingga pertumbuhan fisik anak akan “dibentuk” pada masa ini.
Baca Juga: IMD dan ASI Eksklusif Bisa Mencegah Stunting
Cara Mencegah Alergi Protein Susu Sapi
Cara paling mudah mencegah alergi protein susu sapi adalah dengan memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Karena, kandungan dalam ASI sudah mengandung antibodi yang dibutuhkan oleh tubuh bayi sehingga dapat menurunkan risiko terkena infeksi dan alergi.
Bagi ibu menyusui yang bayinya menderita alergi protein susu sapi, ada baiknya berhenti mengonsumsi produk yang mengandung susu atau kedelai.
Sementara bagi bayi yang menggunakan susu formula, biasanya dokter akan menyarankan untuk beralih ke salah satu alternatif susu, seperti susu hipoalergenik atau yang susu yang terbuat dari kacang kedelai. Namun, jika GenBest berencana memberikan susu kedelai, amati juga reaksi setelah si kecil minum karena ada beberapa bayi yang rentan dan alergi terhadap kedelai. Oleh karena itu, untuk lebih amannya, lebih baik dikonsultasikan pada dokter dahulu, ya!
Baca Juga: Benarkan ASI Dapat Mencegah Berbagai Penyakit Bagi Ibu dan Bayi?
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.