Selama 1.000 hari pertama kehidupan, si kecil membutuhkan nutrisi yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya. Salah satu nutrisi itu adalah zat besi. Fungsi penting zat besi dalam tubuh adalah melancarkan aliran darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kekurangan zat besi, terlebih di masa periode emas pertumbuhan anak, bisa berdampak negatif, seperti penurunan kecerdasan, anak jadi mudah rewel, hingga anak menjadi “lemot” alias lambat dalam merespon sesuatu.
Baca juga: “Manfaat Mencukupi Kebutuhan Zat Besi pada Bayi”
Berikut ini adalah berbagai gejala bayi kekurangan zat besi:
- Lemas dan mudah lelah
Bayi yang kekurangan zat besi memiliki gejala lemas. Si kecil jadi lebih banyak diam dan tampak malas bermain. Zat besi membantu tubuh memproduksi sel darah merah. Hemoglobin pada sel darah merah diperlukan untuk distribusi oksigen ke seluruh tubuh. Jika suplai oksigen kurang, maka jaringan dan otot tubuh kekurangan energi sehingga penderita kekurangan zat besi menjadi lemas.
- Rentan Infeksi
Kekurangan zat besi dapat memengaruhi daya tahan tubuh dan membuat bayi jadi gampang sakit, seperti mudah terserang batuk, pilek, demam, hingga diare.
- Anemia
Jika kebutuhan zat besi tidak terpenuhi dalam jangka panjang, bayi bisa mengalami anemia defisiensi besi. IDAI menyebut anemia defisiensi besi pada periode emas pertumbuhan anak dapat membuat si kecil lambat dalam merespon dan sulit mengendalikan diri. (Baca juga: “Tanda-tanda Anemia pada Si Kecil yang Sering Tidak Disadari Orang Tua”)
- Berat badan sulit naik
Masalah kenaikan berat badan yang stagnan bisa menjadi gejala bayi kekurangan zat besi. Jika berat badan si Kecil tidak bertambah, biasanya dokter akan menganjurkan kita untuk menambah asupan makanan yang kaya zat besi, seperti hati ayam, ikan dan daging. Jika diperlukan suplemen zat besi juga bisa diberikan atas rekomendasi dokter.
Cara Mengatasi Bayi yang Kekurangan Zat Besi
Asupan zat besi sebaiknya dimulai sejak kita hamil, bahkan saat merencanakan kehamilan karena perkembangan otak anak sudah dimulai sejak masih berbentuk janin. Karena itulah ada istilah 1.000 hari pertama kehidupan, yang meliputi saat masa kehamilan, menyusui, dan saat anak balita.
Hingga berusia 6 bulan, bayi sebenarnya hanya memerlukan 0,3 mg zat besi per hari dari luar karena cadangan zat besi di dalam tubuhnya masih cukup. Namun ini tidak berlaku pada bayi BBLR atau bayi dengan berat badan lahir rendah (di bawah 2.500 gram). Bayi BBLR mempunyai cadangan zat besi yang lebih sedikit dibandingkan bayi normal, karena itu pada usia 2-3 bulan mereka sudah rentan kekurangan zat besi.
Menurut Prof. dr. Saptawati Bardosono, Msc., salah satu cara mengatasi bayi yang kekurangan zat besi adalah dengan memberi suplemen zat besi melalui ASI ibunya (yang sedang menyusui). Namun suplemen zat besi ini tidak boleh dikonsumsi sembarangan, melainkan hanya jika kondisi di kecil benar-benar gawat dan atas anjuran dokter.
Cara lain yang lebih aman untuk memenuhi zat besi bayi adalah ibu yang sedang menyusui perlu rajin mengonsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, ayam, ikan, hati ayam, bayam dan sayuran berdaun hijau. Jika bayi diberi susu formula, pastikan susunya memiliki kandungan zat besi.
Baca juga: “Aneka Sumber Protein Pencegah Gizi Buruk dan Stunting”
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.