Untuk menghasilkan komponen sel darah merah (hemoglobin), kita membutuhkan zat besi. Tapi jika jumlah zat besi tidak tercukupi, maka pasokan hemoglobin akan berkurang. Kondisi ini disebut dengan anemia defisiensi besi.
Salah satu usia yang rentan terhadap risiko anemia defisiensi besi adalah bayi. Umumnya kasus-kasus ini disebabkan berbagai faktor, mulai dari bayi prematur, bayi yang lahir dengan berat badan rendah, hingga bayi usia 6 bulan bermasalah dalam proses MPASI-nya.
Jika kondisi ini terjadi pada orang dewasa maka kita mudah untuk menyarankan pemberian suplemen zat besi. Namun, apakah aturan ini berlaku pada bayi yang kekurangan zat besi?
Baca Juga: Manfaat Mencukupi Kebutuhan Zat Besi Pada Bayi
Pemberian suplemen zat besi pada bayi
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) berdasarkan skrining universal, penggunaan suplemen zat besi pada bayi bisa dimulai pada usia 4 bulan. Sedangkan menurut WHO, pemberian suplemen zat besi dapat diberikan lebih awal, yakni sejak usia 2-23 bulan, dengan dosis tunggal 2 mg/kgBB/hari. Dengan catatan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. Karena umumnya bayi yang lahir dengan berat badan rendah memang memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi mengalami defisiensi besi.
Bagi bayi prematur namun berat badannya masih dalam taraf aman, anak dapat diberikan suplemen zat besi sekurang-kurangnya pada dosis yang sama hingga usia 12 bulan. Hal ini mengingat selama masa pertumbuhannya kebutuhan zat besi anak akan terus meningkat, dan ia berisiko mengalami defisiensi besi.
Sedangkan, bagi bayi yang lahir dengan berat badan lahir sangat rendah, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)merekomendasikan pemberian suplemen zat besi sebanyak 2-4 mg/kgBB/hari (maksimum 15 mg/hari). Durasi waktunya juga lebih awal, yakni sejak usia 1 bulan dan diteruskan hingga ia berusia satu tahun.
Bagi bayi yang lahir pada cukup bulan biasanya defisiensi besi terjadi ketika mereka memasuki masa-masa akhir ASI eksklusif, atau saat masuk periode MPASI, dianjurkan IDAI untuk diberikan suplemen zat besi dengan dosis 2 mg/kgBB/hari. Sebaiknya dimulai sejak usia 6-23 bulan. Namun, harus tetap diingat, jika pemberian suplemen zat besi ini harus tetap dalam pengawasan dokter, atau berdasarkan anjuran dokter, ya, GenBest.
Baca Juga: Infografis Seputar Anemia Defisiensi Besi
Tanda-tanda bayi kekurangan zat besi
Anak-anak yang mengalami anemia defisiensi besi umumnya mengalami penurunan nafsu makan, tubuh mudah letih, dan cenderung mudah sakit. Selain itu masih ada tanda-tanda lain anak mengalami anemia defisiensi besi, di antaranya:
- Melakukan aksi GTM (gerakan tutup mulut) hal ini terjadi karena menurunnya nafsu makan anak.
- Anak menjadi mudah rewel.
- Sering mengeluh kepala pusing dan berkunang-kunang.
- Denyut jantung cepat.
- Kulit terlihat lebih pucat bahkan keabu-abuan, khususnya pada area kelopak mata dan daging kuku.
- Mudah lelah dan kurang aktif seperti anak seusianya.
- Mudah terkena infeksi karena daya tahan tubuhnya rendah.
Jika mendapati beberapa tanda di atas sebaiknya GenBest segera menghubungi dokter. Penegakkan diagnosis Anemia Defisiensi Besi tidak bisa dilakukan secara mandiri di rumah, karena bayi harus menjalani serangkaian tes berdasarkan anjuran dokter. Cek lebih lanjut gejala bayi kekurangan zat besi di sini.
Baca Juga: Anemia Defisiensi Besi Akibatkan Anak Mogok Makan?
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.