Stunting identik dengan kondisi malnutrisi (kurang gizi) dalam waktu yang lama dan buruknya sanitasi di lingkungan anak tumbuh. Ini tentu benar. Tapi selain faktor eksternal, sebenarnya ada juga faktor internal penyebab stunting. Ini yang terkadang kita lupakan.
Apa contohnya? Tinggi badan ibu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor, ibu dengan tinggi kurang dari 150 cm cenderung melahirkan anak stunting. Fakta ini disampaikan langsung dalam Seminar Nasional “Kesehatan Repoduksi dan Remaja Berkarakter untuk Membangun SDM Berkualitas” oleh Dr. Drajat Martianto, selaku Wakil Rektor bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa ibu dengan tinggi badan di bawah 150 cm berisiko memiliki anak stunting sebesar 74,5%.
Sedangkan menurut Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, bukan hanya ibu, tinggi badan ayah juga berpengaruh terhadap risiko stunting anak. Hal ini berlaku jika salah satu (atau kedua) orang tua mengalami pendek akibat kondisi penyakit atau patologis. Umumnya mereka memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek yang memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang dimuat dalam kompas.com menunjukkan, kelompok anak pendek pada umumnya lahir dari ibu yang rata-rata tinggi badannya lebih pendek (150,7 cm) ketimbang ibu dengan rata-rata tinggi badan normal (152,4 cm). Kelompok ibu yang pendek (tinggi di bawah 150 cm) cenderung melahirkan bayi pendek lebih banyak (47,2%) dibandingkan dengan kelompok ibu dengan tinggi normal (36%). Ibu yang pendek dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) buruk sangat terkait dengan status gizi ibu tersebut.
Ibu hamil yang status gizinya buruk berpeluang melahirkan bayi dengan berat rendah (di bawah 2.500 gram) dan panjang kurang dari 48 cm. Riskesdas 2013 menunjukkan, prevalensi pendek pada bayi baru lahir dengan panjang kurang dari 48 scm adalah 20,2%.
Baca Juga: Apakah Faktor Keturunan Berperan Penting Bagi Tinggi Badan Anak?
Bisakah Ibu Pendek Melahirkan Anak Tidak Stunting?
Kalau ada pertanyaan seperti di atas, jawabnya adalah “bisa”. Pada Jurnal Ners dan Kebidanan yang ditulis oleh Sri Mugianti dijelaskan, faktor tinggi badan ibu bukanlah penyebab utama stunting, melainkan asupan energi yang rendah (kurang gizi).
Namun, anak yang memiliki gen patologis (gen tubuh pendek dari orang tuanya), akan lebih cepat terkena stunting, jika bertemu dengan faktor pemicu lain, seperti kurangnya asupan nutrisi yang terjadi pada periode emas pertumbuhan anak atau pengaruh dari sistem sanitasi yang buruk.
Jangan lupa sanitasi lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya bisa membuat anak jadi sering sakit-sakitan sehingga akhirnya mengganggu proses tumbuh kembangnya.
Kembali lagi pada masalah menurunkan risiko anak pendek, semenjak remaja, status gizi calon ibu yang bertubuh pendek harus menjadi perhatian. Begitu juga saat menjalani kehamilan, ibu bertubuh pendek perlu mencermati gizi makanannya, terutama untuk makanan yang tinggi protein dan kaya vitamin dan mineral.
Setelah si kecil dilahirkan, pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi juga akan membantu memenuhi kebutuhan nutrisi untuk tumbuh kembang optimal anak, dan mencegahnya mengalami stunting.
Baca Juga: Kehamilan di Usia Muda Picu Stunting
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.