4 Aug

Genbest mungkin pernah melihat sebuah video yang viral di media sosial tentang bayi berusia 40 hari (bayi baru lahir) disuapi pisang kerok. Alasan sang ibu, agar bayi menjadi lebih tenang karena tidak kelaparan. 

 

Pisang memang menyimpan segudang nutrisi dan manfaat untuk kesehatan. Akan tetapi, sangat tidak disarankan diberikan pada bayi baru lahir. WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan, pengenalan MPASI pertama (pisang salah satunya) adalah saat bayi memasuki usia 6 bulan. 

 

Baca Juga: Resep MPASI Buah Pisang yang Cocok untuk Anak

 

Menurut dr. Dyah Arum K, M.Gizi dalam postingan Instagramnya, memberikan pisang kerok di bawah 6 bulan, dikhawatirkan menyebabkan bayi lebih tertarik dengan makanan padat dibandingkan ASI. Padahal, ASI eksklusif merupakan makanan sempurna untuk bayi hingga usia 6 bulan dan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit, seperti diare, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), asma, obesitas, dan diabetes. Jangan dilupakan juga, sampai usia bayi 6 bulan, ASI eksklusif sudah dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya dan menjauhkannya dari risiko stunting. 

 

Baca Juga: Pengenalan MPASI Terlalu Cepat Bisa Picu Risiko Stunting?

 

Bahaya Memberi Pisang pada Bayi Terlalu Dini

Bahaya memberi pisang kerok pada bayi di bawah usia 6 bulan tidak hanya itu. Banyak dampak kesehatan serius akibat pemberian pisang terlalu dini pada bayi:

 

1. Risiko tersedak

Walaupun sudah dilembutkan dan ditambah air, pisang termasuk makanan padat. Bahkan, tekstur pisang kerok juga tidak berubah menjadi cair menyerupai ASI. Jika dipaksa makan pisang sebelum berusia 6 bulan, bayi berisiko tinggi tersedak sebab bayi belum memiliki kemampuan menelan dan mendorong makanan masuk ke saluran cerna. 

 

2. Risiko gangguan cerna

Saluran pencernaan bayi berusia di bawah 6 bulan belum sempurna sehingga pemberian MPASI, termasuk pisang, membuat usus bayi bekerja terlalu keras dan menyebabkan gangguan pencernaan, seperti sembelit dan diare. Terlalu sering mengalami gangguan pencernaan dapat mengganggu asupan nutrisi dan membuat bayi kekurangan gizisehingga meningkatkan risiko stunting.

 

Baca Juga: Berbagai Gangguan Pencernan Ini Sering Dialami Bayi dan Balita

 

3. Risiko mengalami alergi

Kondisi ini disebabkan karena bayi “terpaksa” mencerna berbagai asupan selain ASI saat tubuhnya belum siap. Akibatnya, kekebalan tubuh bayi berkurang dan rentan mengalami alergi di masa depan. 

 

4. Kekurangan zat besi

Masalah ini disebabkan karena pemberian ASI yang kaya zat besi tidak maksimal. Padahal, zat besi berperan penting dalam pembentukan hemoglobin yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Sehingga tumbuh kembang bayi tidak optimal.

 

Baca Juga: Benarkah Anemia Bisa Pengaruhi Daya Pikir Anak?

TENTANG KAMI

GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.

How to coax children
To Top