Genbest, tahukah kamu bahwa menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kehamilan remaja pada kelompok usia 15–19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan?
Ini fakta yang tidak diharapkan karena usia kehamilan di bawah usia 20 tahun bisa memiliki dampak kesehatan yang membahayakan, tidak hanya bagi ibu namun juga bayinya.
Terkait inilah mengapa BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi wanita. Berdasarkan ilmu kesehatan, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20-25 tahun bagi wanita.
Secara psikologis umumnya remaja masih belum siap untuk menjadi ibu karena masih dalam masa labil.Kelabilan remaja ini ternyata juga terkait dengan perkembangan otaknya.
Menurut Inas Zahra, S.Psi., M.Psi, Educational Psychology Practicioner, saat "Ngobrol Bereng Genbest" yang berlangsung di Instagram Live akun @genbestid beberapa waktu lalu, bagian otak yang terakhir berkembang adalah otak bagian depan yang disebut prefrontal cortex. Otak bagian depan inilah yang berperan dalam fungsi intelektual, seperti berpikir matang dan kritis, termasuk untuk memecahkan masalah-masalah dalam rumah tangga. “Nah, prefrontal cortex baru terbentuk di usia 20-an, rata-rata usia 21-25 tahun,” jelas Inas.
Karena itulah saat seorang remaja hamil, kemungkinan ia untuk mengalami stres akan lebih tinggi mengingat sebenarnya ia belum siap menjadi seorang ibu.
Baca Juga: Penting Dibaca Jelang Menikah: Persiapan Mental, Kognisi, dan Emosi
Sementara secara biologis, risiko kesehatan muncul karena kemampuan tubuh remaja masih belum sempurna untuk persiapan kehamilan.
Dilansir dari laman WHO soal kehamilan remaja, dijelaskan bayi yang lahir dari ibu di bawah usia 20 tahun menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk mengalami BBLR (berat badan lahir rendah), kelahiran prematur, dan kondisi neonatus yang parah. Kita pun tahu bahwa kelahiran prematur dan bayi BBLR merupakan faktor yang sangat memengaruhi kejadian stunting.
Kehamilan remaja juga memiliki risiko tinggi akan kematian ibu pasca melahirkan. Menurut tulisan berjudul “Resiko Kesehatan Pada Kehamilan Remaja” pada laman Skata, pada tahun 2013, BKKBN mendata sebanyak 70,000 remaja meninggal pasca melahirkan. Jadi bisa dibayangkan bagaimana berisikonya kehamilan di usia yang masih sangat muda!
Tentu menikah dan memiliki anak merupakan keputusan pribadi setiap orang, namun semoga data-data ini dapat menjadi pertimbangan saat kamu akan menikah di usia remaja demi kesehatan dan kesejahteraan kamu dan juga anak-anak kamu nantinya!
Baca Juga: Waspadai Risiko Ibu Hamil Berusia di Bawah 20 Tahun
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.