Stunting atau gangguan pertumbuhan membuat tinggi anak tidak sesuai dengan tinggi anak seusianya. Pun, masih terjadi di sebagian besar negara, khususnya di negara berkembang.

Di tahun 2016 stunting diperkirakan terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun mencapai 154,8 juta anak. Angka tersebut cukup besar mengingat stunting adalah tantangan yang cukup besar dalam perkembangan manusia karena memiliki dampak jangka panjang.

Hal itu karena stunting bisa menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik dan mental seseorang, menurunnya kesehatan, intelejensi, dan produktivitasnya, begitu juga dengan meningkatnya penyakit degeneratif.

Sebuah penelitian menunjukkan kalau anak yang berisiko tinggi terkena stunting disebabkan karena kurangnya nutrisi, terutama protein. Sumber protein terbaik memang bisa didapatkan dari hewan seperti daging atau susu, tetapi sayangnya tidak semua orang memiliki kesempatan itu.

Ikan pun bisa menjadi solusi mengingat harganya yang jauh lebih murah. Dari penelitian yang dilakukan oleh Universitas Diponegoro pada 2013 lalu menunjukkan bahwa mengonsumsi ikan bisa meningkatkan perkembangan kognitif anak.

Protein pada ikan dibutuhkan untuk membantu tumbuh kembang anak yang memang tengah berlangsung pada usia itu. Ikan juga mengandung sekitar 1 sampai 20 persen lemak yang kebanyakan adalah lemak tak jenuh sehingga mudah dicerna dan digunakan oleh tubuh secara langsung.

Pada ikan laut selain mempunyai lemak tak jenuh, ada pula asam omega 3, EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) yang baik untuk regenerasi sel, otak dan mata. Tak hanya itu saja, ikan laut juga mengandung mineral yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak di dalam kandungan.

Stunting adalah kondisi kesehatan yang tentunya tidak diinginkan oleh siapapun. Karenanya, mengonsumsi produk-produk kaya protein seperti daging, susu dan ikan sangat diperlukan guna menghindari kondisi tersebut.